Ngambek Bikin Nyesek!

Sejujurnya lewat judul kali ini saya sengaja ingin menggiring (sapi kali pake digiring) pemikiran pembaca pada hipotesis tak teruji tapi terbukti ala saya kalau ngambek itu bikin nyesek. Cie… cie… pelaku ni ye. Hehehe…

2015-01-22_07.35.54

Asal muasal penyebab ‘harus ngambek’ itu ga sulit menemukankannya. Simpel aja. Sepele aja. Ga neko-nekolah pokoknya. Haruskah nggaya biar keliatan woww pemicu ngambeknya. Ga! Ga mesti. Hehehe…. Sekali lagi pemicunya simpel aja.

“Hun, jerawat eike nambah ya?”,ujar istri. “Iya, tuh udah keliatan mateng banget. Dipanen ya?”, jawab suami sesukanya.

Hiiyyyaattt… Percaya ga percaya, dialog pendek yang memakan durasi waktu ga nyampe semenit ini, bisa menimbulkan perang dingin minimal sejam. Dan akan semakin molor waktunya jika sang suami salah milih kata-kata untuk tanggapan berikutnya. Hahaha…

Kurang lebih beginilah derita suami -suami yang punya istri super sensitif. Wkwkwk… (pembaca yang budiman, jangan beranggapan kalau ini kisah saya ya)

Ngambek ini tentunya akan berujung pada sesi diam-diam an. Istri yang lagi sensi gampang kesulut (jangan berpikiran kalau sang istri adalah obor) dan suami yang ga paham apa yang disensikan istrinya ini akan semakin runyam.

Sang istri sudah sedihh pake banget, nangis-nangis, guling-guling sampai makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Drama bangett. Semacam beberapa scene dalam drama korea dipraktekkan di dunia nyata.

Pembaca tau apa yang terjadi dengan suami yang cuek ini??? Beliau asyikkk nonton film di harddisk atau nge game. (Rencananya salah satu gamenya “Clash of Clan “, mau tak jual. Secara kemaren bilang gini.”Bun, game ni ada yang jualin lo, harganya bisa makin tinggi klo kerajaannya sudah oke punya”. Hmmm….Lumayan buat nambah-nambah beli hot wheel). (Ingat pembaca, ini bukan kisah saya).

Nah, sampai disini, apakah pembaca sudah ikut merasakan betapa nyeseknya itu ngambek. Betapa ga enaknya kalau terlalu sensitif bukan?? Ditambah lagi kalau pasangan ga tau apa yang sebenarnya terjadi, karena memang seharusnya memang ga ada yang harus terjadi. Hehehe…

Nah, untuk pembaca yang budiman (lagi-lagi ini bukan kisah saya),permasalahan yang begini ini ni, yang ga perlu diulang dan ditiru :p

Sebagai pribadi yang sensitif, kita harus bisa me manage hati, kapan harus sensi dan kapan harus cuek. Jangan rusak indahnya cinta dengan diam-diam an.

Masing-masing harus bisa saling mengerti dan memahami. Suami harus belajar memahami istri yang sensitif mendekati lebay, dan istripun harus bisa memahami sifat cuek sang suami (siapa tau cuek itu bagi suami adalah perwujudan dari sikap romantis yang sudah level master). Wkwkwk…

Disinilah komunikasi dan saling keterbukaan dibutuhkan. In Syaa Allah dengan komunikasi yang baik dan iklim keterbukaan secara bertahap, akan menimbulkan pelangi dalam rumah tangga. Usahakan terus menerus untuk memahami pasangan sebagai perjuangan mendapatkan pahala lebih banyak hingga diri semakin layak ke surga-Nya.

Seperti yang dikatakan orang bijak: cinta bukanlah mencari pasangan yang sempurna, tapi menerima pasangan kita apa adanya.

(Nb: 2 paragraf bijak terakhir, saya kutip dari buku Sakinah Bersamamu nya Mbak Asma Nadia. Lagian klo pun saya akui ini tulisan saya, toh pembaca juga ga akan percaya). Hehehe….

Tinggalkan komentar